Minggu, 13 September 2015

Materi agama kls 6




CADHU SAKTI


 


RINGKASAN MATERI

Pengertian Cadhu Sakti

Perkataan Cadhu Sakti terdiri dari dua kata yaitu; kata Cadhu dan Sakti. Cadhu sama artinya dengan kata Catus atau Catur yang berarti empat. Sedangkan Sakti berati kesaktian, kekuatan, kehebatan, kemahakuasaan. Jadi Cadhu Sakti berarti empat kesaktian atau kekuatan atau kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi.

 

Bagian-bagian Cadhu Sakti

Cadhu Sakti terdiri dari empat bagian, yaitu:
1.      Wibhu Sakti,
2.      Prabhu Sakti,
3.      Jnana Sakti ,dan
4.      Krya Sakti.

                                                         

 

1.      Wibhu Sakti adalah sifat Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Maha Ada, meresap memenuhi Bhuana atau Wyapi Wyapaka/berada dimana-mana, tiada tempat yang tidak dipenuhi oleh wujud-Nya. Wyapi Wyapaka Nirwikara artinya selalu ada di mana-mana tidak terpengaruh dan tidak berubah. Eko Dewah Sarwa Bhutesu Cittah artinya Sang Hyang Widhi Tunggal namun terasa pada seluruh ciptaan-Nya. Sarwam Idham Khalu Brahman artinya segala sesuatu di dunia ini berasal dari Ida Sang Hyang Widhi dan pada waktu tertentu akan kembali ke asalnya yaitu Tuhan itu sendiri.

2.                                  Prabhu Sakti. Prabhu artinya Raja. Ida Sang Hyang Widhi adalah Rajadiraja. Prabhu Sakti berarti sifat Ida Sang Hyang Widhi Maha Raja atau Maha Kuasa, menguasai alam semesta sebagai pencipta (Utpti), pemelihara (Sthiti) dan pelebur (Pralina) atas ciptaan-Nya.

3.                                  Jnana Sakti adalah sifat Ida Sang Hyang Widhi Maha Tahu. Ida Sang Hyang Widhi mengetahui segala kejadian dan segala yang ada di alam baik yang nyata/kelihatan maupun yang tidak nyata. Tuhan mampu mengetahui kejadian masa lampau (Atita), kejadian sekarang (Nagata) dan mampu mengetahui kejadian yang akan datang ( Wartamana), Karena Tuhan memiliki Tiga Kemampuan yang yang serba tembus, meliputi:

a.            Dura Adnyana/Dura Sarwajnana, yaitu Tuhan berpengetahuan serba tembus,
b.            Dura Srawana, artinya Tuhan memiliki pendengaran tembus yaitu mampu mendengar suara baik yang dekat maupun yang jauh, dan
c.             Dura Darsana yaitu, Tuhan penglihatan serba tembus artinya Tuhan mampu melihat kejadian dahulu, sekarang dan yang akan datang.

4. Krya Sakti artinya sifat Ida Sang Hyang Widhi sebagai Maha Karya. Sang Hyang Widhi dapat berbuat apa saja yang dikehendakinya.Ida Sang Hyang Widhi menciptakan alam ini dengan Kemahakuasaan-Nya dan kembali kepada-Nya pada saat Pralaya (kiamat). Sebelum dunia ini di ciptakan pada mulanya adalah kosong tidak ada apa-apa (duk tan hana paran-paran) yang ada hanya Ida Sang Hyang Widhi. Sebenarnya setiap saat terjadi penciptaan dan peleburan (pralina). Ida Sang Hyang Widhi tidak pernah berhenti bekerja.


Contoh-contoh Kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi dalam Cadhu Sakti

1.      Wibhu Sakti adalah sifat Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Maha Ada, meresap memenuhi Bhuana atau Wyapi Wyapaka/berada dimana-mana, tiada tempat yang tidak dipenuhi oleh wujud-Nya.
 Contohnya:
a.     Matahari selalu bersinar,
b.            Bintang dan bulan selalu bersinar,
c.       Tuhan ada pada air,
d.           Tuhan ada pada setiap makhluk

2.      Prabhu Sakti berarti sifat Ida Sang Hyang Widhi Maha Raja atau Maha Kuasa, menguasai alam semesta sebagai; pencipta (Utpti), pemelihara (Sthiti) dan pelebur (Pralina) atas ciptaan-Nya.
 Contohnya:
a.      Matahari selalu terbit dari Timur dan tenggelam di Barat
b.            Adanya siang dan malam
c.      Adanya kelahiran, kehidupan dan kematian
d.           Adanya kesembuhan
e.     Adanya Penyakit,
f.       Seorang dokter pintar mengobati orang sakit, tetapi dia tidak kuasa menahan hukuman Tuhan pada akhirnya ia akan mati.
g.            Betapa canggihnya otak manusia yang membidangi meteorologi dan geofisika untuk mendeteksi bencana alam seperti gempa, tsunami, gunung meletus, tetapi bila Hyang Widhi berkehendak manusia tidak dapat menghindari dan menolaknya.

3.      Jnana Sakti adalah sifat Ida Sang Hyang Widhi Wasa Maha Tahu. Ida Sang Hyang Widhi mengetahui segala kejadian dan segala yang ada di alam baik yang nyata/kelihatan maupun yang tidak nyata.
Contoh-contohnya, seperti:
a.      Ketika seseorang akan meninggal tidak pada waktunya biasanya akan menampakkan tanda-tanda seperti firasat. Firasat yang ditunjukkan itu adalah tanda-tanda yang diperlihatkan Tuhan kepada manusia.
b.      Sang Hyang Widhi mengetahui apa yang akan terjadi .
c.    Tuhan lebih tahu tentang nasib ciptaan-Nya sendiri.

4.      Krya Sakti adalah sifat Ida Sang Hyang Widhi sebagai Maha Karya. Sang Hyang Widhi dapat berbuat apa saja yang dikehendakinya,
Contoh-contohnya, seperti:
a.      Sang Hyang Widhi menciptakan keindahan alam
b.            Ida Sang Hyang Widhi dapat menggerakkan matahari, bumi, bintang dan planet-planetnya,
c.       Ida Sang Hnyang Widhi menciptakan segalanya, dan segala ciptaanya pasti berguna.




RINGKASAN MATERI

SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU
SESUDAH KEMERDEKAAN INDONESIA

Sejarah Agama Hindu sebelum Kemerdekaan
Perkembangan agama Hindu berdasarkan atas pase perkembangannya, sebagai berikut:

a.      Abad ke-4 atau sekitar tahun 400 sudah berkembang agama Hindu yaitu di Kutai  tepatnya ditepi sungai Mahakam dengan bukti diketemukannya 7 buah Yupa dengan nama Kerajaan Kutai. Yang menjadi rajanya pertama kali adalah Kudungga yang memiliki putra bernama Aswawarman. Aswawarman selanjutnya berputra Mulawarman. Mulawarmanlah yang menjadikan Kerajaan Kutai menjadi sangat terkenal.

b.                                 Pada abad ke-5 atau sekitar tahun 500 Masehi perkembangan agama Hindu di Indonesia berkembang ke Pulau Jawa yakni di Jawa Barat dengan munculnya Kerajaan Taruma Negara dengan rajanya yang sangat terkenal bernama Purnawarman. Raja Purnawarman adalah raja yang sangat gagah berani bagaikan Dewa Wisnu.

c.                                  Selanjutnya di abad Ketujuh ( 7 ) atau sekitar tahun 700 Masehi, perkembangan agama Hindu muncul di Jawa Tengah yakni Kerajaan Mataram dengan rajanya yang beragama Hindu bernama Raja Sanjaya. Raja Sanjaya pada masa pemerintahannya memuja Dewa Tri Murti.
d.                                Agama Hindu terus berkembang. Pada pertengahan abad ke delapan atau sekitar tahun 750 Masehi , Agama Hindu berkembang di Jawa Timur dengan munculnya Kerajaan Kanjuruhan dengan Rajanya bernama Dewa Simha yang memuja Dewa Siwa. Selanjutnya berkembang lagi di Jawa Timur dengan munculnya sebuah kerajaan yang menjadi cikal bakal agama Hindu di Bali yaitu Kerajaan Majapahit.  Kejayaan Majapahit dibuktikan dengan bersatunya Nusantara di bawah panji-panji Majapahit. Rajanya yang sangat terkenal adalah Hayam Wuruk dengan Maha Patihnya bernama Maha Patih Gajah Mada. Gajah Madalah yang bersumpah untuk menyatukan Nusantara dengan sumpahnya yang bernama Sumpah Palapa. Namun akhirnya pada tahun 1400 (sirna hilang kertaning gumi) runtuhlah kerajaan Majapahit karena masuknya pengaruh Islam ke Majapahit.

e.                                 Perkembangan selanjutnya setelah runtuhnya Majapahit oleh pengaruh Islam, sebagian masyarakat Majapahit ada yang mengungsi ke daerah Tengger dan ke Bali. Di Bali pada abad ke-8 agama Hindu berkembang di Bali dengan bukti diketemukannya Prasasti Blanjong di daerah Sanur yang mana isi Prasasti Blanjong menyebutkan bahwa pusat pemerintahan kerajaan yang beragama Hindu berpusat di Singhamandawa dengan rajanya bergelar Sri Kesari Warmadewa. Perkembangan agama Hindu semakin pesat di Bali sampai sekarang.

Sejarah Perkembangan Agama Hindu Menjelang Kemerdekaan Indonesia

Menjelang kemerdekaan Indonesia perkembangan agama Hindu lebih pesat atau sebagian besar perkembangannya di Pulau Bali. Berkembangnya agama Hindu di Bali diawali dari kedatangan Dang Hyang Markandeya, Mpu Kuturan, Dang Hyang Nirartha. Pada masa sebelum kemerdekaan, di Bali masih diperintah oleh Raja-raja seperti ada kerajaan Karangasem, Kerajaan Kelungkung, Kerajaan Gianyar, Kerajaan Badung, Kerajaan Denpasar, Kerajaan Tabanan, Kerajaan Jembrana, dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Pada masa itu setiap Raja selalu didampingi oleh seorang pendeta istana yang dinamakan Purohita. Oleh purohita inilah kehidupan beragama Hindu di setiap kerajaan diperhatikan.

Perkembangan selanjutnya karena Bali masih menjadi Jajahan Belanda pada masa itu, Belanda banyak mendirikan sekolah di Bali. Lalu mendirikan organisasi-organisasi yang bernuansakan Hindu seperti:
a.            di Gianyar ada oranisasi yang bernama Sara Poestaka,
b.            di Singaraja/Buleleng ada perkumpulan yang bernam Surya Kanta dan Suita Gama Tirtha,
c.                   di Kelungkung juga berdiri organisasi yang bernuansakan agama Hindu bernama Catur Wangsa Dirga Gama Hindu Bali,
d.           di Denpasar berkembang juga organisasi yang bernuansakan agama Hindu bernama Bali Dharma Laksana.
e.                  Di tahun 1939 pemerintah menggalakkan program Bali Sering dengan tujuan menjaga kehidupan Agama Hindu dan Budaya Bali dari pengaruh budaya dan kepercayaan di luar Bali.

Perkembangan  Agama Hindu Setelah Kemerdekaan
Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Proklamator kita yaitu Soekerno dan Muhhamad Hatta. Dengan merdekanya negara kita maka negara mulai mengatur kehidupan bernegaranya sendiri termasuk menata kehidupan beragama. Salah satu yang diatur keseragamannya adalah tentang perayaan Nyepi yang sebelum Kemerdekaan terdapat perbedaan pelaksanaan dikarenakan masing-masing kerajaan mengatur pelaksanaan perayaan Nyepi.

Setelah Indonesia merdeka, perkembangan selanjutnya pada tanggal 3 januari 1946 berdiri sebuah Departemen yang khusus mengatur, menata dan mengayomi kehidupan beragama bernama Departemen Agama. Namun pada tahun tersebut Agama Hindu belum diakui sebagai sebuah agama yang resmi di Indonesia. Agama Hindu di Bali terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan, sampai akhirnya di Bali dibentuk Dinas Agama Otonom Daerah Bali. Agama Hindu baru bisa diakui oleh Pemerintah Indonesia secara Nasional pada tahun 1963 atau 18 tahun dari sejak Indonesia merdeka dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 100 tahun 1962.
Sebelum diakui sebagai Agama Resmi secara Nasional di Indonesia ada usaha-usaha untuk mendapat pengakuan diantaranya:

1. Pada tanggal 21 sampai 23 Februari 1959 diadakan pertemuan agung (mahasabha) di gedung Fakultas Sastra Universitas Udayana oleh Pejabat Pemerintah Privinsi dan Kabupaten, Kepala Kantor Kabupaten, serta Pimpinan Organisasi dan Yayasan yang bercorak kehinduan  dengan menghasilkan sebuah keputusan/kesepakatan membentuk suatu Dewan yang diberi nama Parisadha Hindu Dharma Bali. Atas keputusan itu, dibuatlah Akte Pendirian Parisadha Hindu Dharma Bali dengan Akte Notaris no. 50 tanggal 4 September 1959. Pada awal pendiriannya susunan pengurusnya terdiri dari 11 orang sulinggih dan 22 orang paruman walaka dengan tugas mengatur, memupuk dan mengembangkan kehidupan beragama di Bali. Adapun susunan pengurus hariannya adalah:
- Ketua                    : Ida Pedanda Wayan Sidemen
- Wakil Ketua        : I Gusti Bagus Oka
   - Sekretaris                         : DR. Ida Bagus Mantra

2. Pada tanggal 4 Juli 1959 atas dukungan Yayasan Dwijendra maka didirikan Sekolah Pendidikan Guru Agama Hindu Bali (PGAH Bali) sampai akhirnya dirubah statusnya menjadi sekolah Negeri oleh Pemerintah pada tahun 1968. Tujuan didirikannya PGAH adalah untuk mendidik generasi muda Hindu Bali untuk menjadi guru agama Hindu yang nantinya bertugas di sekolah-sekolah di Bali.

3. Perkembangan agama Hindu selanjutnya pada tanggal 3 Oktober 1959 diadakan Pesamuhan Agung I Parisadha Hindu Dharma Bali yang bertempat di SMP Dwijendara Denpasar. Hasil dari Mahasabha I tersebut menghasilkan beberapa hasil seperti: menerbitkan buku Agama Hindu untuk sekolah-sekolah di Bali yang berjudul Dharma Prawerti Sastra yang memuat tentang ajaran Widhi Tatwa, Atma Tattwa, Karmaphala Tattwa, Samsara Tattwa dan Moksa Tattwa serta pengertian tentang Dharma.

4.      Pada tanggal 19 Maret 1960 diadakan Pesamuhan Agung II yang dilaksanakan di Balai Masyarakat Kota Denpasar. Dengan keputusan tentang pelaksanaan Hari Raya Nyepi ( tahun Baru Saka) secara serempak, Busana Sulinggih (pendeta )serta pemakaian buku pelajaran agama terbitan Parisada. Dan pada tahun yang sama di Denpasar juga dilaksanakan Pasamuan Agung III dan IV.

5.                                  Pada tanggal 21 Oktober 1961 dilaksanakan Pesamuan Agung V bertempat di SMP Dwijendra Denpasar. Hasil dari Pesamuan Agung V adalah rencana melaksanakan Karya Agung Eka Dasa Rudra yang akan dilaksanakan tahun 1963.

6.                                  Akhirnya pada tanggal 17 -  23 Nopember 1961 Pesamuan Agung diselenggarakan di Campuahan Ubud Kabuapten Gianyar tepatnya di Pura Gunung Lebah. Yang dibahas dalam Pesamuan Agung di Campuahan Ubud adalah tentang pengasraman para Pendeta/Sulinggih yang disebut Dharma Asrama. Dan hasil yang terpenting dari Pesamuan Agung Campuan Ubud adalah Piagam Campuhan Ubud yang berisi tentang keputusan penting bagi perkembangan agama Hindu selanjutnya.
Isi Piagam Campuan Ubud
Adapun isi Piagam Campuan Ubud, adalah sebagai berikut:
1.      Mengenai Dharma Agama yang terdiri dari 10 butir meliputi tentang :
a.            Pengakuan Weda Sruti sebagai inti ajaranAgama Hindu
b.            Dharma Sastra Smerti sebagai ajaran Susila.
c.             Tentang pendirian Perguruan Tinggi Agama,
d.           Pendirian Padmasana atau Sanggar Agung pada setiap Kahyangan Tiga sebagai Stana Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
e.            Tentang dasar Pengalantaka,
f.              Tentang pelaksanaan Pitra Yadnya,
g.            Tentang Metatah,
h.            Tentang Cuntaka, dll.

2.      Mengenai Dharma Negara yang terdiri dari 7 butir  meliputi tentang:
a.            kemerdekaan,
b.            percobaan senjata nuklir,
c.             menjungjung tinggi Pancasila,
d.           memperjuangkan agama Hindu agar menjadi bagian dari Departemen Agama,
e.            memupuk semangat gotong royong , dan
f.              membenarkan petugas dengan pakaian dinas masuk dan melakukan persembahyangan di pura-pura.


Sebagai wujud isi Piagam Campuan Ubud yang khusus mengenai Dharma Agama diwujudkan dengan:

a.      Pendirian Perguruan Tinggi Agama, maka tanggal 3 Oktober 1963 didirikanlah Mahawidya Bhawana Institut Hindu Darma ( IHD ) dan sekarang telah menjadi Universitas Hindu Indonesia ( UNHI ),
b.      Disetiap Provinsi dan Kabupaten seluruh wilayah Indonesia berdiri Parisada.
c.       Dengan telah terbentuknya Parisadha di seluruh Indonesia, maka untuk menyamakan maksud dan tujuan diadakanlah Mahasabha, seperti:
1.      Mahasabha I dilaksanakan tanggal 7 –10 Otober 1964 dihadiri oleh utusan Parisadha seluruh Indonesia. Hasil keputusannya adalah menyempurnakan Lembaga Hindu Parisadha Hindu Dharma Bali menjadi Parisadha Hindu Dharma,
2.      Mahasabha II dilaksanakan di Denpasar dari tanggal 2-5 Desember  1968.
3.      Pesamuan Agung dilaksanakan di Yogyakarta dari tanggal 21 - 24 Februari 1971. Hasil Pesamuan Agung di Yogyakarta menghasilkan rumusan dibidang Dharma Agama dan Dharma Negara, yaitu berupa pengajuan usul kepada Pemerintah Pusat agar Perayaan Hari Raya Nyepi menjadi libur Nasional.
4.      Mahasabha III diselenggarakan tanggal 27 - 29 Desember 1973 bertempat di Denpasar.
5.      Mahasabha IV diselenggarakan pada tanggal 24 - 27 Desember 1980 di Denpasar. Hasil keputusannya yakni tentang tempat suci dan kepanditaan.
6.      Diakuinya Hari Raya Nyepi sebagai Hari Libur Nasional oleh Pemerintah Pusat  berdasarkan Keputusan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 setelah 12 tahun dari pengajuannya ( diajukan tahun 1971)
7.      Mahasabha V dilaksanakan dari tanggal 24 - 27 Februari 1986, memutuskan tentang:
a.            Ajaran agama
b.            Pesantian Hindu atau Widyalaya
c.             Perubahan nama dari Parisadha Hindu Dharma Bali menjadi Parisadha Hindu Dharma Indonesia.
8.      Mahasabha VI diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 9-14 September 1991. Hasil keputusannya, seperti:
a.            Pemilihan tempat kerja Pengurus yaitu pengurus PHDI yang melaksanakan Dharma Negara berkedudukan di Jakarta,
b.            Kedudukan tempat kerja pengurus yaitu pengurus PHDI yang melaksanakan Dharma Negara berkedudukan di Bali.
9.      Pada Mahasabha VII dan Mahasabha VIII terjadi perubahan struktur kepengurusan PHDI.

Fungsi dan Peran Parisadha
Parisadha memberikan pemahaman ajaran agama Hindu kepada Umat. Parisadha adalah lembaga tertinggi Umat Hindu yang berfungsi:
a.      Menata kehidupan beragama Hindu,
b.      merumuskan ajaran dan mengembangkan kehidupan beragama Hindu sehingga terus dapat berkembang sejalan dengan perkembangan jaman,
c.       memberikan pemahaman ajaran Agama Hindu kepada Umat Hindu melalui ceramah dan Dharma Tula.

Hasil kerja Parisadha
Dalam perjalanan perkembangan kehidupan beragama Hindu terus mengalami perubahan sesuai perkembangan kehidupan dalam masyarakat. Dalam menghadapi perubahan-perubahan dipandang perlu mengkaji ulang sastra-sastra Hindu yang ada untuk dapat disesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat. Pengkajiannya dilakukan dalam bentuk seminar yang diberi nama Seminar Kesatuan Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu. Selain itu hasil kerja Parisadha yang lain adalah diadakannya pesamuan Sulinggih untuk menyamakan kewajiban, persepsi menyangkut Padewasan dan kewajiban serta kewenangan Sulinggih.


Hasil-hasil Pembangunan yang bernuansa agama Hindu setelah Kemerdekaan Indonesia

Untuk mengenal hasil-hasil pembangnunan yang bernuansa Hindu kita akan pilah-pilah menjadi beberapa bidang diantaranya:

A. Bidang Pendidikan: bidang pendidikan formal dan pendidikan non formal.

a.1 Bidang Pendidikan Formal seperti:
1.      Tahun 1959 Yayasan Dwijendra Denpasar mendirikan Pendidikan Guru Atas Hindu Bali (PGAH Bali)
2.      Tahun 1968 PGAH Bali dinegerikan menjadi  Pendidikan Guru Agama Hindu (PGAH) Negeri Denpasar. Kemudian diikuti dengan pendirian PGAH di: Singaraja, Tabanan, Jembrana, Mataram Lombok, Klaten Jawa Tengah, Blitar Jawa Timur.
3.      Tahun 1963 didirikan Perguruan Tinggi Maha Widya Bhawana Institut Hindu Dharma Denpasar ( IHD ) yang sekarang bernama Universitas Hindu Indonesia ( UNHI )
4.      Menyusul lagi pendirian Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) di beberapa daerah di Indonesia baik negeri maupun swasta dan juga didirikan IHD di Bangli dan Denpasar

a.2 Bidang Pendidikan Non Formal seperti:
1.      Mengadakan Pangasraman Kilat di sekolah setiap libur akhir tahun ajaran bagi siswa SD, SMP, SMA untuk memberikan pendalaman Agama,
2.      Pemerintah Daerah Bali atas Keputusan Gubernur mewajibkan setiap Desa Pakraman mengadakan Pangasraman untuk mendalami ajaran Agama seperti praktek membuat sarana upacara, budi pakerti, Dharmagita, dan Yoga Asana,
3.      Bagi Umat Hindu di Bali mengadakan sekolah minggu bertempat di Pura untuk memperdalam ajaran agama Hindu
4.      Pemerintah terus menerus mengadakan perbaikan Kurikulum dan memberikan penataran-penataran kepada Guru-guru Agama Hindu
5.      Pemerintah melalui Kantor Wilayah Agama Provinsi Bali memberikan penyuluhan kemasyarakat oleh tenaga Penyuluh di masing-masing Kabupaten.

B. Bidang Pembangunan Tempat Suci
Dengan semakin tersebarnya keberadaan umat Hindu di Indonesia, pembangunan tempat suci yang bersifat umum seperti Pura Jagatnatha banyak didirikan di daerah-daerah yang penduduknya masih mempertahankan Agama hindu. Terutama di luar Bali seperti:
a.            Pura Mandara Giri Semeru Agung di Lumajang Jawa Timur,
b.            Pura Payogan Agung Kutai di Kalimantan Timur di tempat bekas Kerajaan Hindu Pertama ( Kutai)
c.             Pura Jagatkarta atau lebih dikenal dengan nama Pura Gunung Salak di Bogor Jawa Barat,
d.           Pura Blambangan di Jawa Timur, Pura Alas Purwa di Banyuwangi,
e.            Pura Pancaka di Mataram Lombok Barat.
f.              Candi-candi peninggalan agama Hindu yang dulunya tidak terurus sekarang mendapat perhatian dan dimanfaatkan sebagai tempat persembahyangan, seperti: Candi Ceto, Candi Prambanan, Candi Kidal, Candi Tikus, Candi Panataran, dll.

C. Bidang Kesusastraan
Hasil pembangunan yang bernuansakan Hindu pada bidang Kesusastraan, seperti:
a.       Diterbitkannya buku pedoman hidup beragama dengan judul Dharma Prawerti Sastra dan Upadesa,
b.      Selanjutnya banyak generasi muda Hindu mulai menulis buku-buku yang bernafaskan ajaran agama Hindu baik yang bersifat umum maupun ilmiah.
c.       Munculnya penerbit-penerbit yang menerbitkan hasil karya tulisan agama Hindu seperti: Penerbit Dharma Bakti di Denpasar, Penerbit Upada Sastra di Denpasar, Penerbit Pustaka Manik Geni di Denpasar, Penerbit Paramita di Surabaya,
d.     Mulai banyak dialihaksarakan naskah-naskah lontar yang mengandung ajaran agama Hindu sehingga mudah dibaca dan dipahami oleh Umat Hindu,
e.      Diterjemahkannya kitab-kitab Parwa seperti Adi Parwa, Sabha Parwa ( Asta Dasa Parwa), Kekawin, Kidung  untuk memudahkan generasi berikutnya mempelajari atau mempedomani ajarannya yang bersumber dari Itihasa, Tantri, dll
f.        Mulai diterbitkannya Majalah, Tabloid maupun karya tulis lainnya yang bertujuan memberikan pemahaman kepada umat Hindu.


D. Hasil Bidang Seni Budaya
Mengenai seni budaya yang mendukung kegiatan keagamaan seperti seni lukis, seni tabuh, seni pahat, dan seni suara sangatlah mengairahkan generasi muda kita untuk mempelajarinya. Dibidang seni suara dikenal istilah Dharmagita. Secara rutin umat Hindu mempelajari Dharmagita untuk menyiapkan diri mengikuti perlombaan yang diadakan setiap tahun yang disebut Utsawa Dharma Gita.
Dalam Utsawa Dharmagita yang dilombakan, seperti:
a.      Pembacaan Sloka,
b.      Pembacaan Kekawin,
c.       Kidung,
d.     Macepat/Sekar Alit,
e.      Palawakya.

E. Hasil pada bidang Organisasi
Di bidang Organisasi, banyak kita lihat organisasi yang bernuansakan Hindu, seperti:
a.      Forum Pemuda Hindu,
b.      Prajaniti,
c.       Hindu Center
d.     Forum Cendikian Hindu Indonesia,
e.      Himpunan Mahasiswa Hindu,
f.        Peradah,
g.      Yayasan-yayasan Hindu yang mendukung keberadaan Agama Hindu di Indonesia.









RINGKASAN MATERI

NITYA KARMA
DAN
NAIMITIKA KARMA

Yadnya berasal dari Bahasa Sanskerta dari urat kata Yaj yang artinya memuja, mempersembahkan atau memberi pengorabanan. Sehingga Yadnya berarti korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamerih.

Sumber sastra Hindu yang menyebutkan tentang Yadnya adalah Kitab Bhagavadgita Bab II Sloka 10, yang berbunyi sebagai berikut:
Saha-yajnah prajah srstva purovaca prajapatih
Anena prasavisyadhvam esa vo ‘stv ista-kama-dhuk.
Artinya:
Pada masa yang lalu, Prajapati. Dewa dari para makhluk-makhluk menciptakan manusia dengan suatu etikad yang penuh dengan pengorbanan dan berkatalah Dewa ini “ Dengan pengorbanan ini engkau akan sejahtera, Dan pengorbanan ini adalah ibarat Kamadhuk (sapi kemakmuran) yang beranak-pinak yang akan menghasilkan kemauan-kemauanmu.

Dalam beryadnya diperlukan minimal tiga unsur yang disebut Tri Manggalaning Yadnya, yang terdiri dari:
a.            Orang yang memimpin Upacara Yadnya seperti; Sulinggih, Pendeta, Pemangku, Sang Wiku.
b.             Orang yang membuat sesajen (tukang banten/Tapini),
c.             Orang yang melaksanakan Yadnya disebut Sang Yajamana

Tujuan Yadnya adalah:
a.            Untuk menghubungkan diri ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa,
b.            Untuk mencapai kesucian, membebaskan diri dari segala dosa dan mencapai kesempurnaan hidup lahir batin,
c.             Sebagai tanda terima kasih atas segala anugrah yang telah dilimpahkan oleh Tuhan.

Berdasarkan tujuan pelaksanaan Yadnya dapat dibedakan menjadi lima jenis yang disebut Panca Yadnya, meliputi:

a.       Dewa Yadnya,
b.       Pitra Yadnya,
c.       Rsi yadnya,
d.      Manusa Yadnya,
e.      Bhuta Yadnya.

Berdasarkan atas waktu untuk beryadnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu yadnya dilakukan setiap hari disebut Nitya Karma dan yadnya yang dilakukan pada hari-hari tertentu yang disebut Naimitika Karma.


Pengertian Nitya Karma dan Naimitika Karma
Kata Nitya Karma dan Naimitika Karma berasal dari Bahasa Sanskerta. Nitya Karma terdiri dari dua kata yaitu kata Nitya dan kata Karma, kata Nitya adalah tergolong adjective yang berarti; batin, tetap, abadi, kekal sedangkan kata Karma tergolong neuter yang artinya perbuatan, pekerjaan. Sehingga Nitya Karma berarti pelaksanaan yadnya yang dilakukan setiap hari.

Kata Naimitika Karma terdiri dari dua kata yaitu kata Naimitika dan Karma. Naimitika artinya; waktu tertentu atau berkala atau periodik, sedangkan kata Karma berarti perbuatan, pekerjaan. Jadi Naimitika Karma berarti pelaksanaan yadnya yang dilakukan pada waktu tertentu atau secara berkala/periodik.

Contoh-contoh Pelaksanaan Yadnya secara Nitya Karma dan Naimitika Karma

a.      Contoh Pelaksanaan Yadnya secara Nitya Karma, seperti:

Di bidang Dewa Yadnya seperti:
- Melaksanakan Yadnya Sesa, yaitu melaksanakan yadnya setiap selesai memasak nasi. Yadnya sesa atau ngejot ini ditujukan kepada; Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya dipersembahkan pada pelinggih, di atas tempat tidur. Kepada Sang Hyang Brahma karena telah membantu memasak, dipersembahkan di tungku/jalikan/kompor. Ditujukan kepada Sang Hyang Pertiwi dan Bhuta-bhuti dan Penunggun Karang dipersembahkan di halaman sanggah, halaman rumah dan pintu keluar pekarangan dan tempat-tempat lain.
-   Melaksanakan Tri Sandya setiap hari, baik di Sekolah maupun di    Rumah,

b.      Di bidang Resi Yadnya, seperti:
-          Mengormati guru di sekolah
-          Mentaati tata tertib sekolah,
-          Tekun belajar
-          Tidak lalai terhadap tugas yang diberikan oleh guru

c.       Pitra Yadnya, misalnya:
-          Menghormati orangtua
-          Rukun dengan saudara

d.     Manusa Yadnya, seperti:
-          Memelihara dan merawat badan dengan baik,
-          Mengasihi sesama,
-          Menolong orang kesusahan

e.      Bhuta Yadnya, misalnya:
-          Mememlihara dan menyayangi hewan peliharaan
-          Merawat dan menjaga kelestarian tanaman
-          Menjaga kebersihan lingkungan..

a.      Contoh Pelaksanaan Yadnya secara Naimitika Karma,

a.      Dewa Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika Karma:
-          Purnama dan Tilem yang dirayakan setiap satu bulan sekali,
-          Budha Kliwon, Tumpek, Buda Wage, Anggara Kasih dilaksanakan setiap 35 hari sekali,
-          Hari besar Umat Hindu seperti; Saraswati, Pagerwesi, Galungan, Kuningan dilaksanakan setiap enam bulan sekali,
-          Hari Raya Siwaratri, Hari Raya Nyepi dilaksanakan setiap satu tahun sekali,
-          Kajeng Kliwon dilaksanakan setiap 15 hari sekali,
-          Piodalan di pura/sanggah/merajan dapat dilaksanakan setiap enam bulan atau satu tahun sekali.

b.      Pitra Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika Karma, seperti:
-  Upacara Ngaben,
-  Upacara Ngeroras,
-  Upacara Ngelungah

b.      Resi Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika Karma, seperti:
-                pada saat sulinggih, wiku atau pinandita selesai muput upacara yadnya kita wajib menghaturkan punia kepada beliau
-                menghaturkan punia pada saat perayaan Siwaratri.

c.       Manusa Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika Karma, meliputi:
-                otonan,
-                upacara tutug kambuhan,
-                potong gigi/metatah/mepandes,
-                pawiwahan,
-                magedong-gedongan

f.        Bhuta Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika Karma, seperti:
-                melaksanakan upacara Tawur Agung setiap hari Pengrupukan atau sehari sebelum hari Raya Nyepi,
-                melaksanakan Upacara Panca Wali Krama setiap 10 tahun sekali di Pura Agung Besakih,
-                melaksanakan Upacara Eka Dasa Rudra setiap 100 tahun  sekali di Pura Agung Besakih,
-                melaksanakan upacara Rsighana, dll

Penerapan Pelaksanaan Yadnya Secara Nitya Karma dan Naimitika Karma

1.            Lakukan Tri Sandya 3 kali sehari,
2.            Lakukan sembahyang di rumah sebelum berangkat ke sekolah,
3.            Lakukan persembahyangan di Padmasana sekolah dengan tertib dan hikmat,
4.            Bantulah ibu membuat dan menghaturkan banten saiban setiap hari,
5.            Rajinlah membersihkan tempat suci; sanggah, padmasana, paibon,
6.            Jagalah kerukunan dengan saudara,
7.            Hormatilah orangtua dan turuti nasehatnya
8.            Hormati gurumu, laksanakan apa yang diajarkan dan yang diperintahkan,
9.            Peliharalah hewan peliharaanmu yang ada di rumah dengan baik,
10.        Rajinlah membantu orangtua mejejahitan, metanding, membuat penjor,
11.        Lakukanlah persembahyangan pada hari-hari suci baik di sekolah maupun di rumah,
12.        Rawatlah orangtua, nenek, kakek bila beliau sakit atau memerlukan pertolongan.



RINGKASAN MATERI

DASA YAMA BRATA
DAN
DASA NYAMA BRATA

Arti Dasa Yama dan Dasa Nyama Brata
Ajaran Dasa Yama dan Dasa Nyama adalah ajaran susila Hindu yang dapat menuntun umatnya untuk berbuat susila agar menjadi orang yang memiliki budi pakerti luhur. Ajaran Susila sangat erat kaitannya dengan ajaran lain dalam agama Hindu yakni; ajaran Tattwa dan Upakara. Ajaran Tattwa, Susila dan Upakara dalam agam Hindu disebut Tri Kerangka Agama Hindu. Ketiga ajaran ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga ajaran ini diibaratkan sebagai sebutir telur. Kulit telur adalah Upacara Hindu, Putih telur adalah ajaran Susila Hindu, sedangkan Kuning Telur/sarinya adalah ajaran Tattwa. Demikian juga ketiga ajaran ini diibaratkan seperti tubuh manusia. Tattwa adalah kepala manusia, Susila adalah badan manusia dan Upacara adalah kaki manusia.

Pengertian Dasa Yama Brata
Kata Dasa Yama Brata berasal dari Bahasa Sanskerta yang terdiri dari tiga kata yaitu: Dasa, Yama dan Brata.
Adapun artinya masing-masing adalah:
-                      Dasa berarti sepuluh,
-                      Yama berarti Pengendalian,
-          Brata sama artinya dengan Wrata berarti keinginan atau kemauan.

Jadi arti dari Dasa Yama Brata adalah sepuluh pengendalian keinginan untuk mendapatkan kesempurnaan hidup.

Pengertian Dasa Nyama Brata
Dasa Nyama Brata juga berasal dari Bahasa Sanskerta, yang terdiri dari tiga kata, yaitu:
-                      Dasa berarti sepuluh,
-                      Nyama berarti pengendalian dalam tahap mental,
-                      Brata/Wrata berarti keinginan atau kemauan.

Jadi Dasa Nyama Brata berarti sepuluh macam pengendalian keinginan dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan hidup.


Bagian-bagian Dasa Yama Brata dan artinya
Bagian-bagian Dasa Yama Brata adalah sebagai berikut:
1.      Anresangsya artinya tidak mementingkan diri sendiri,
2.      Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan,
3.      Satya berarti setia dengan ucapan sehingga menyenangkan hidup,
4.      Ahimsa berarti tidak membunuh dan tidak menyakiti atau menyiksa,
5.      Dama artinya dapat menasehati diri sendiri,
6.      Arjawa artinya jujur mempertahankan kebenaran,
7.      Priti artinya cinta kasih saying terhadap sesama makhluk,
8.      Prasada berarti berpikir dan berhati suci tanpa pamerih,
9.      Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut, sopan santun,
10.  Madarwa artinya rendah hati.


Bagian-bagian Dasa Nyama Brata dan artinya
Bagian-bagian dari Dasa Nyama Brata itu adalah:
1.      Dana berarti pemberian sedekah,
2.      Ijya artinya pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi da leluhur,
3.      Tapa artinya menggembleng diri,
4.      Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi,
5.      Swadyaya berarti mempelajari dan memahami ajaran-ajaran suci,
6.      Upasthanigraha adalah mengendalikan hawa nafsu kelamin,
7.      Brata adalah taat akan sumpah,
8.      Upawasa adalah berpuasa,
9.      Mona berarti membatasi perkataan,
10.  Snana artinya melakukan penyucian diri sendiri setiap hari dengan jalan membersihkan badan dan bersembahyang.

Contoh-contoh Pelaksanaan Dasa Yama Brata
Contoh-contoh pelaksanaan Dasa Yama Brata agar kita dapat mengikutinya untuk meningkatkan kesempurnaan hidup.

1.      Anresangsya artinya tidak mementingkan diri sendiri. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Anresangsya:
-          membatalkan janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan warga masyarakat,
-          mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
-          Memberi kesempatan kepada penyebrang jalan dengan memperlambat kecepatan sepeda motor/mobil,
-          Memberikan tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada orang tua atau orang hamil,
-          Membiasakan antre atau menunggu giliran di SPBU, Puskesmas, rumah sakit atau kantor.

2.      Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan. Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:
-          memaafkan kesalahan teman,
-          tidak marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan teman,
-          tetap melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelas,
-          tidak merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri ada kekurangan,dll.
3. Satya berarti setia dengan ucapan sehingga menyenangkan hidup. Satya berarti juga kejujuran atau kebenaran. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Satya, seperti:
-          Mengatakan dengan sebenarnya apa yang dilihat, di dengar.
-          Bertanggung jawab terhadap yang telah diperbuat,
-          Menepati janji,
-          Jujur terhadap kata hati,
-          Melaksanakan Panca Satya, yaitu:
1.            Satya Wacana: setia terhadap ucapan,
2.            Satya Laksana: setia terhadap perbuatan,
3.            Satya Mitra setia terhadap teman, berteman dalam keadaan senang maupun susah,
4.            Satya Semaya: selalu menepati janji yang diucapkan, dan
5.            Satya Hredaya: jujur terhadap kata hati
        
4. Ahimsa  artinya tidak membunuh, tidak menyiksa atau menyakiti makhluk. Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:
-          Tidak membunuh binatang sembarangan,
-          Tidak meracuni hewan,
-          Tidak mengganggu hewan yang sedang tidur,
-          Tidak memfitnah,
-           Tidak menghina teman yang memiliki kekurangan.
Agama Hindu juga membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma tetapi hendaknya dilandasi cinta kasih dan dharma, seperti:
1. untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan kepada para Dewa dan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi,
2. Pitra Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada leluhur,
3.  Athiti Puja yaitu membunuh untuk dipersembahkan atau dihaturkan kepada tamu.
4. Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam peperangan/pertempuran.

5.      Dama artinya sabar dan dapat menasehati diri sendiri. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:
-          Menyadari perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang keliru,
-          Memikirkan terlebih dahulu akan perkataan yang akan diucapkan,
-          Sebelum tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi harian untuk meningkatkan kwalitas diri,
-          Biasakan tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika rajin melihat kelemahan diri sendiri,
-          Untuk menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum berkata dan berbuat pikirkan secara matang akibatnya.
Orang yang penyabar tidak mudah tersinggung, orang sabar disayang Tuhan. Orang sabar dapat menasehati dirinya sendiri.

6.      Arjawa artinya jujur mempertahankan kebenaran bersifat terbuka dan berterus terang. Sifat terbuka dan berterus terang menghindarkan kita dari kesalahpahaman. Kesalahpahaman dapat menimbulkan masalah. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:
-          Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benar,
-          Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah,
-          Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaan,
-          Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang.
-          Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa “ Berani karena benar Takut karena Salah”.

7.      Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama Makhluk .Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:
-          Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah, bersama keluarga, begitu juga dengan tetangga sekitar,
-          Memelihara hewan peliharaan dengan baik,
-          Rajin merawat dan memupuk tanaman, dll

8.      Prasada artinya bertpikir dan berhati suci tanpa pamerih. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:
-          Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan menumbuhkan kesucian hati,
-          Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan mengembangkan pikiran buruk atau berburuk sangka (negatif thinking) kepada orang lain,
-          Rajin sembahyang,
-          Jujur dan setia terhadap setiap tindakan,
-          Berbuat yang iklas tanpa pamerih,
-          Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor dan bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang, dll

9.      Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Madurya, seperti:
-          Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari sikap judes dan cuek,
-          Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari sikap kasar, emosional dan mudah tersinggung,
-          Bersikap sopan santun terhadap siapa saja dan di manapun berada,
-          Selalu menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan teman sejawat, orang yang lebih tua, guru ataupun siapa saja,
-          Selalu berbicara yang sopan kepada lawan bicara,
-          Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai terhadap orang lain,
-          Tidak memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam,

10.  Mardawa artinya rendah hati tidak sombong. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa, misalnya:
-          Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan pertolongan,
-          Menghargai orang lain,
-          Menghormati orang lain,
-          Tidak mementingkan diri sendiri,
-          Peduli terhadap orang lain,
-          Bersikap empati terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki keinginan untuk memberi pertolongan,
-          Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekurangan,
-          Menghindarkan diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang lain,
-          Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam,
-          Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.

Contoh-contoh Pelaksanaan Dasa Nyama Brata
1.                                                            Dana artinya berderma dan beramal tanpa pamerih. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dana, seperti:
-          Membiasakan berderma kepada orang yang sedang menderita mengalami kesusahan dalam hidupnya,
-          Kekayaan berupa harta benda bersifat tidak kekal dan tidak dibawa mati, maka sisihkanlah sebagian harta kita untuk berderma/beramal,
-          Berikanlah sedekah kepada orang yang membutuhkan,
-          Lakukan sedekah pada waktu yang tepat, misalnya pada waktu orang kesusahan, pada waktu orang tertimpa bencana,
-          Berikanlah sedekah kepada orang miskin atau orang sakit,
-          Berikanlah sedekah kepada pengemis dengan ikhlas. Janganlah marah kepada pengemis, jangan mengusirnya dan janganlah mencela.
Pemberian sedekah atau dana menurut waktu pemberiannya ada 4 tingkatan  menurut  Slokantara 17, sebagai berikut:
-          Dana yang diberikan di bulan Purnama dan bulan Mati (Tilem) menyebabkan 10 kali kebaikan yang diterima,
-          Dana yang diberikan pada bulan Gerhana membawa phahala (100) seratus kali,
-          Dana yang diberikan pada hari suci Sraddha menjadi 1000 kali lipat,
-          Sedekah/Dana yang diberikan diakhir Yuga phahala kebaikannya akan tidak terbatas.

Pemberian sedekah atau dana menurut Tingkatannya ada 4 menurut Slokantara 21, sebagai berikut:
-          Pemberian berupa makanan itu mutunya kecil, disebut Kanista Dana
-          Pemebrian berupa Uang/pakaian  mutunya menengah, disebut Madyama Dana
-          Pemberian berupa gadis itulah yang dianggap tinggi, disebut Utama Dana
-          Pemberian sedekah/dana berupa Ilmu Pengetahuan itu mengatasi semuanya dan membawakan kebajikan besar, disebut Ananta Dana.

2. Ijya artinya pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Ijya, seperti:
-          Rajin melakukan Tri Sandya setiap hari ( pagi, siang, sore )
-          Rajin berdoa setiap saat,
-          Rajin melakukan persembahyangan pada hari raya,
-          Rajin melakukan meditasi dan berjapa, dll

3.      Tapa artinya menggembleng diri untuk menimbulkan daya tahan. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Tapa, seperti:
-          Berlatih diri mengendalikan pikiran seperti berusaha untuk berpikir jernih, berpikir yang baik agar tahan uji terhadap masalah yang mengganggu pikiran,
-          Berlatih mengendalikan keinginan, misalnya memenuhi keinginan sesuai kebutuhan, memenuhi keinginan sesuai kemampuan, menghindari keinginan yang menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri maupun orang lain agar tahan uji terhadap pengaruh buruk keinginan itu,
-          Berlatih hidup sederhana agar tahan uji terhadap penderitaan,
-          Berlatih mengendalikan perkataan agar tahan uji untuk tidak berkata yang menyakitkan misalnya berkata kasar, mengancam, menghardik, dan mengeluarkan kata-kata ejekan dan hinaan,
-          Berlatih mengendalikan perbuatan, misalnya tidak melakukan perbuatan curang, mencuri, suka berkelahi, suka memancing keributan, suka berbuat onar, dll.

4.Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dhyana, seperti:
-          Saat belajar di kelas perlu memusatkan pikiran tentang pelajaran yang sedang diajarkan,
-          Memusatkan pikiran pada saat mengendarai sepeda  motor/mobil,
-          Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan melakukan Pranayama,
-          Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan sembahyang,
-          Berlatih melakukan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan meakukan yoga, tapa dan semadi, dll

5.Swadhyaya artinya tekun mempelajari dan memahami ajaran suci. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Swadhyaya, seperti:
-          Tekun belajar jangan cepat putus asa,
-          Berusaha belajar secara mandiri artinya belajar tanpa diperintah dan belajar menemukan jawaban sendiri,
-          Jangan malu bertanya kepada orang lain tentang suatu masalah yang tidak dimengerti atau tidak diketahui,
-          Rajin membaca buku kerohanian dan buku-buku lain yang berguna dalam kehidupan,
-          Mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, dll

6.Upasthanigraha artinya mengendalikan hawa nafsu kelamin. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Upasthanigraha, misalnya:
-          Menghindari berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi,
-          Menghindari berpakaian yang ketat atau seksi bahkan berpakaian yang merangsang,
-          Mengindarkan diri dari pikiran kosong agar tidak berpeluang menghayal terhadap hal-hal yang porno,
-          Tidak menonton tayangan televisi yang menyiarkan film-film Dewasa,
-          Tidak membuka HP yang berisi film-film porno,
-           Hindari membaca komik atau menonton VCD Porno,
-          Sibukkanlah diri dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti olahraga, kursus, ekstra kulikuler, belajar menari, Pramuka,
-          Menghindari berprilaku genit terhadap lawan jenis, dll

7.      Brata artinya taat akan sumpah. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Brata, seperti:
-          Berjanjilah dari lubuk hati yang paling dalam,
-          Taatilah apa yang menjadi janjimu, seperti; saya ingin menjadi orang yang berguna, saya ingin menjadi orang yang berbakti kepada orang tua, saya ingin menjadi orang yang berguna dalam keluarga,
-          Janji dalam hati bukan untuk diingkari tetapi untuk ditaati, dll

8. Upawasa artinya berpuasa mengekang nafsu terhadap makanan dan minuman. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Upawasa, misalnya:
-          Hindari memakan makanan yang berlebihan karena nafsu belaka,
-          Hindarkan diri untuk memakan makanan yang sudah basi atau kedaluwasa,
-          Hindari makan makanan yang kotor,
-          Hindari memakan makanan yang tidak jelas asal usulnya,
-          Aturlah jadwal makan, misalnya makan teratur yaitu sarapan pagi, makan siang dan makan sore secara teratus,
-          Mengendalikan nafsu makan, misalnya makanlah secukupnya sesuai kebutuhan tubuh, jangan makan yang berlebihan,
-          Menghindari sikap rakus,
-          Mencoba untuk berpuasa pada hari  Raya Nyepi, Siwaratri atau pada hari Raya Hindu sesuai kemampuan, dll

9.   Mona artinya membatasi perkataan. Mona juga berarti pantang atau tidak berkata-kata dalam kurun waktu tertentu atau membatasi perkataan. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mona, seperti:
-          Hindari berkata kasar,
-          Hindari perkataan mencaci maki,
-          Hindari perkataan bohong,
-          Hindari mengeluarkan tata-kata hinaan maupun ejekan,
-          Jangan mengeluarkan perkataan mengancam,
-          Hindarkan diri untuk tidak berkata yang kotor dan jorok,
-          Belajar melakukan mona brata pada hari Raya Nyepi sesuai kemampuan, dll

10. Snana artinya tekun melakukan penyucian diri dengan jalan mandi atau sembahyang. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Snana, misalnya:
-          Rajin mandi 2 kali sehari yaitu pagi hari sebelum sekolah dan sore hari,
-          Rajin merawat badan, misalnya: memotong rambut yang panjang, memotong kuku, menyikat gigi, mencuci pakaian sendiri, mandi dengan menggunakan air bersih dan memakai sabun,
-          Rajin sembahyang baik di sekolah dengan Tri Sandya dan di rumah di sore hari melaksanakan Tri Sandya dan Kramaning Sembah,
-          Rajin melakukan Pranayama untuk menyucikan pikiran,
-          Jujur dalam hidup, dll.

Posting Komentar