CADHU SAKTI
RINGKASAN MATERI
Pengertian Cadhu Sakti
Perkataan Cadhu
Sakti terdiri dari dua kata yaitu; kata Cadhu dan Sakti. Cadhu
sama artinya dengan kata Catus atau Catur yang berarti empat.
Sedangkan Sakti berati kesaktian, kekuatan, kehebatan, kemahakuasaan.
Jadi Cadhu Sakti berarti empat kesaktian atau kekuatan atau
kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi.
Bagian-bagian Cadhu Sakti
Cadhu Sakti
terdiri dari empat bagian, yaitu:
1. Wibhu Sakti,
2. Prabhu Sakti,
3. Jnana Sakti ,dan
4. Krya Sakti.
1. Wibhu Sakti adalah sifat Tuhan atau
Ida Sang Hyang Widhi Maha Ada, meresap memenuhi Bhuana atau Wyapi Wyapaka/berada
dimana-mana, tiada tempat yang tidak dipenuhi oleh wujud-Nya. Wyapi Wyapaka
Nirwikara artinya selalu ada di mana-mana tidak terpengaruh dan tidak berubah.
Eko Dewah Sarwa Bhutesu Cittah artinya Sang Hyang Widhi Tunggal namun
terasa pada seluruh ciptaan-Nya. Sarwam Idham Khalu Brahman artinya
segala sesuatu di dunia ini berasal dari Ida Sang Hyang Widhi dan pada waktu
tertentu akan kembali ke asalnya yaitu Tuhan itu sendiri.
2.
Prabhu Sakti. Prabhu artinya Raja. Ida
Sang Hyang Widhi adalah Rajadiraja. Prabhu Sakti berarti sifat Ida Sang Hyang
Widhi Maha Raja atau Maha Kuasa, menguasai alam semesta sebagai pencipta (Utpti),
pemelihara (Sthiti) dan pelebur (Pralina) atas ciptaan-Nya.
3.
Jnana Sakti adalah sifat Ida Sang Hyang Widhi
Maha Tahu. Ida Sang Hyang Widhi mengetahui segala kejadian dan segala yang ada
di alam baik yang nyata/kelihatan maupun yang tidak nyata. Tuhan mampu
mengetahui kejadian masa lampau (Atita), kejadian sekarang (Nagata)
dan mampu mengetahui kejadian yang akan datang ( Wartamana), Karena
Tuhan memiliki Tiga Kemampuan yang yang serba tembus, meliputi:
a.
Dura Adnyana/Dura Sarwajnana, yaitu Tuhan
berpengetahuan serba tembus,
b.
Dura Srawana, artinya Tuhan memiliki
pendengaran tembus yaitu mampu mendengar suara baik yang dekat maupun yang
jauh, dan
c.
Dura Darsana yaitu, Tuhan penglihatan serba
tembus artinya Tuhan mampu melihat kejadian dahulu, sekarang dan yang akan
datang.
4. Krya
Sakti artinya sifat Ida Sang Hyang Widhi sebagai Maha Karya.
Sang Hyang Widhi dapat berbuat apa saja yang dikehendakinya.Ida Sang Hyang
Widhi menciptakan alam ini dengan Kemahakuasaan-Nya dan kembali kepada-Nya pada
saat Pralaya (kiamat). Sebelum dunia ini di ciptakan pada mulanya adalah kosong
tidak ada apa-apa (duk tan hana paran-paran) yang ada hanya Ida Sang
Hyang Widhi. Sebenarnya setiap saat terjadi penciptaan dan peleburan (pralina).
Ida Sang Hyang Widhi tidak pernah berhenti bekerja.
Contoh-contoh
Kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi dalam Cadhu Sakti
1.
Wibhu Sakti adalah sifat Tuhan atau Ida Sang
Hyang Widhi Maha Ada, meresap memenuhi Bhuana atau Wyapi Wyapaka/berada
dimana-mana, tiada tempat yang tidak dipenuhi oleh wujud-Nya.
Contohnya:
a. Matahari selalu bersinar,
b.
Bintang
dan bulan selalu bersinar,
c. Tuhan ada pada air,
d.
Tuhan
ada pada setiap makhluk
2. Prabhu Sakti berarti sifat Ida Sang
Hyang Widhi Maha Raja atau Maha Kuasa, menguasai alam semesta sebagai; pencipta
(Utpti), pemelihara (Sthiti) dan pelebur (Pralina) atas
ciptaan-Nya.
Contohnya:
a. Matahari selalu terbit dari Timur dan
tenggelam di Barat
b.
Adanya
siang dan malam
c. Adanya kelahiran, kehidupan dan kematian
d.
Adanya
kesembuhan
e. Adanya Penyakit,
f. Seorang dokter pintar mengobati orang
sakit, tetapi dia tidak kuasa menahan hukuman Tuhan pada akhirnya ia akan mati.
g.
Betapa canggihnya otak manusia yang membidangi
meteorologi dan geofisika untuk mendeteksi bencana alam seperti gempa, tsunami,
gunung meletus, tetapi bila Hyang Widhi berkehendak manusia tidak dapat
menghindari dan menolaknya.
3.
Jnana Sakti adalah sifat Ida Sang Hyang Widhi
Wasa Maha Tahu. Ida Sang Hyang Widhi mengetahui segala kejadian dan segala yang
ada di alam baik yang nyata/kelihatan maupun yang tidak nyata.
Contoh-contohnya,
seperti:
a.
Ketika seseorang akan meninggal tidak pada waktunya
biasanya akan menampakkan tanda-tanda seperti firasat. Firasat yang ditunjukkan
itu adalah tanda-tanda yang diperlihatkan Tuhan kepada manusia.
b. Sang Hyang Widhi
mengetahui apa yang akan terjadi .
c. Tuhan lebih tahu tentang nasib ciptaan-Nya
sendiri.
4. Krya Sakti adalah sifat Ida Sang
Hyang Widhi sebagai Maha Karya. Sang Hyang Widhi dapat berbuat apa saja yang
dikehendakinya,
Contoh-contohnya,
seperti:
a. Sang Hyang Widhi menciptakan keindahan
alam
b.
Ida Sang Hyang Widhi dapat menggerakkan matahari, bumi,
bintang dan planet-planetnya,
c. Ida Sang Hnyang Widhi menciptakan
segalanya, dan segala ciptaanya pasti berguna.
RINGKASAN MATERI
SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU
SESUDAH KEMERDEKAAN INDONESIA
Sejarah Agama Hindu sebelum Kemerdekaan
Perkembangan
agama Hindu berdasarkan atas pase perkembangannya, sebagai berikut:
a.
Abad ke-4 atau sekitar tahun 400 sudah
berkembang agama Hindu yaitu di Kutai
tepatnya ditepi sungai Mahakam dengan bukti diketemukannya 7 buah Yupa dengan nama Kerajaan Kutai.
Yang menjadi rajanya pertama kali adalah Kudungga yang memiliki putra bernama
Aswawarman. Aswawarman selanjutnya berputra Mulawarman. Mulawarmanlah yang
menjadikan Kerajaan Kutai menjadi sangat terkenal.
b.
Pada abad ke-5 atau sekitar tahun 500 Masehi
perkembangan agama Hindu di Indonesia berkembang ke Pulau Jawa yakni di Jawa
Barat dengan munculnya Kerajaan Taruma Negara dengan rajanya yang sangat
terkenal bernama Purnawarman. Raja Purnawarman adalah raja yang sangat gagah
berani bagaikan Dewa Wisnu.
c.
Selanjutnya di abad Ketujuh ( 7 ) atau
sekitar tahun 700 Masehi, perkembangan agama Hindu muncul di Jawa Tengah yakni Kerajaan
Mataram dengan rajanya yang beragama Hindu bernama Raja Sanjaya. Raja
Sanjaya pada masa pemerintahannya memuja Dewa Tri Murti.
d.
Agama Hindu terus berkembang. Pada pertengahan abad ke
delapan atau sekitar tahun 750 Masehi , Agama Hindu berkembang di
Jawa Timur dengan munculnya Kerajaan Kanjuruhan dengan Rajanya bernama
Dewa Simha yang memuja Dewa Siwa. Selanjutnya berkembang lagi di Jawa Timur
dengan munculnya sebuah kerajaan yang menjadi cikal bakal agama Hindu di Bali
yaitu Kerajaan Majapahit.
Kejayaan Majapahit dibuktikan dengan bersatunya Nusantara di bawah
panji-panji Majapahit. Rajanya yang sangat terkenal adalah Hayam Wuruk dengan
Maha Patihnya bernama Maha Patih Gajah Mada. Gajah Madalah yang bersumpah untuk
menyatukan Nusantara dengan sumpahnya yang bernama Sumpah Palapa. Namun
akhirnya pada tahun 1400 (sirna hilang kertaning gumi) runtuhlah
kerajaan Majapahit karena masuknya pengaruh Islam ke Majapahit.
e.
Perkembangan selanjutnya setelah runtuhnya Majapahit oleh
pengaruh Islam, sebagian masyarakat Majapahit ada yang mengungsi ke daerah
Tengger dan ke Bali. Di Bali pada abad ke-8 agama Hindu berkembang di
Bali dengan bukti diketemukannya Prasasti Blanjong di daerah Sanur yang
mana isi Prasasti Blanjong menyebutkan bahwa pusat pemerintahan kerajaan yang
beragama Hindu berpusat di Singhamandawa dengan rajanya bergelar Sri Kesari
Warmadewa. Perkembangan
agama Hindu semakin pesat di Bali sampai
sekarang.
Sejarah
Perkembangan Agama Hindu Menjelang Kemerdekaan Indonesia
Menjelang
kemerdekaan Indonesia perkembangan agama Hindu lebih pesat atau sebagian besar
perkembangannya di Pulau Bali. Berkembangnya agama Hindu di Bali diawali dari
kedatangan Dang Hyang Markandeya, Mpu Kuturan, Dang Hyang Nirartha. Pada
masa sebelum kemerdekaan, di Bali masih diperintah oleh Raja-raja seperti ada
kerajaan Karangasem, Kerajaan Kelungkung, Kerajaan Gianyar, Kerajaan Badung,
Kerajaan Denpasar, Kerajaan Tabanan, Kerajaan Jembrana, dan kerajaan-kerajaan
kecil lainnya. Pada masa itu setiap Raja selalu didampingi oleh seorang pendeta
istana yang dinamakan Purohita. Oleh purohita inilah kehidupan beragama
Hindu di setiap kerajaan diperhatikan.
Perkembangan
selanjutnya karena Bali masih menjadi Jajahan Belanda pada masa itu, Belanda
banyak mendirikan sekolah di Bali. Lalu mendirikan organisasi-organisasi yang
bernuansakan Hindu seperti:
a.
di Gianyar ada oranisasi yang bernama Sara Poestaka,
b.
di Singaraja/Buleleng ada perkumpulan yang bernam Surya
Kanta dan Suita Gama Tirtha,
c.
di Kelungkung
juga berdiri organisasi yang bernuansakan agama Hindu bernama Catur Wangsa
Dirga Gama Hindu Bali,
d.
di Denpasar berkembang juga organisasi yang bernuansakan
agama Hindu bernama Bali Dharma Laksana.
e.
Di tahun 1939
pemerintah menggalakkan program Bali Sering dengan tujuan menjaga
kehidupan Agama Hindu dan Budaya Bali dari pengaruh budaya dan kepercayaan di
luar Bali.
Perkembangan Agama
Hindu Setelah Kemerdekaan
Indonesia
Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Proklamator kita yaitu Soekerno dan
Muhhamad Hatta. Dengan merdekanya negara kita maka negara mulai mengatur
kehidupan bernegaranya sendiri termasuk menata kehidupan beragama. Salah satu
yang diatur keseragamannya adalah tentang perayaan Nyepi yang sebelum
Kemerdekaan terdapat perbedaan pelaksanaan dikarenakan masing-masing kerajaan
mengatur pelaksanaan perayaan Nyepi.
Setelah
Indonesia merdeka, perkembangan selanjutnya pada tanggal 3 januari 1946 berdiri
sebuah Departemen yang khusus mengatur, menata dan mengayomi kehidupan beragama
bernama Departemen Agama. Namun pada tahun tersebut Agama Hindu belum diakui
sebagai sebuah agama yang resmi di Indonesia. Agama Hindu di Bali terus
berjuang untuk mendapatkan pengakuan, sampai akhirnya di Bali dibentuk Dinas
Agama Otonom Daerah Bali. Agama Hindu baru bisa diakui oleh Pemerintah
Indonesia secara Nasional pada tahun 1963 atau 18 tahun dari sejak Indonesia
merdeka dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 100 tahun 1962.
Sebelum diakui
sebagai Agama Resmi secara Nasional di Indonesia ada usaha-usaha untuk mendapat
pengakuan diantaranya:
1. Pada tanggal
21 sampai 23 Februari 1959 diadakan pertemuan agung (mahasabha) di
gedung Fakultas Sastra Universitas Udayana oleh Pejabat Pemerintah Privinsi dan
Kabupaten, Kepala Kantor Kabupaten, serta Pimpinan Organisasi dan Yayasan yang
bercorak kehinduan dengan menghasilkan
sebuah keputusan/kesepakatan membentuk suatu Dewan yang diberi nama Parisadha
Hindu Dharma Bali. Atas keputusan itu, dibuatlah Akte Pendirian Parisadha
Hindu Dharma Bali dengan Akte Notaris no. 50 tanggal 4 September 1959. Pada
awal pendiriannya susunan pengurusnya terdiri dari 11 orang sulinggih dan 22
orang paruman walaka dengan tugas mengatur, memupuk dan mengembangkan kehidupan
beragama di Bali. Adapun susunan pengurus hariannya adalah:
- Ketua : Ida Pedanda Wayan Sidemen
- Wakil Ketua : I Gusti Bagus Oka
- Sekretaris : DR. Ida Bagus Mantra
2. Pada tanggal
4 Juli 1959 atas dukungan Yayasan Dwijendra maka didirikan Sekolah
Pendidikan Guru Agama Hindu Bali (PGAH Bali) sampai akhirnya dirubah statusnya
menjadi sekolah Negeri oleh Pemerintah pada tahun 1968. Tujuan didirikannya
PGAH adalah untuk mendidik generasi muda Hindu Bali untuk menjadi guru agama
Hindu yang nantinya bertugas di sekolah-sekolah di Bali.
3. Perkembangan
agama Hindu selanjutnya pada tanggal 3 Oktober 1959 diadakan Pesamuhan
Agung I Parisadha Hindu Dharma Bali yang bertempat di SMP Dwijendara Denpasar.
Hasil dari Mahasabha I tersebut menghasilkan beberapa hasil seperti:
menerbitkan buku Agama Hindu untuk sekolah-sekolah di Bali yang berjudul Dharma
Prawerti Sastra yang memuat tentang ajaran Widhi Tatwa, Atma Tattwa,
Karmaphala Tattwa, Samsara Tattwa dan Moksa Tattwa serta pengertian
tentang Dharma.
4.
Pada tanggal 19 Maret 1960 diadakan Pesamuhan
Agung II yang dilaksanakan di Balai Masyarakat Kota Denpasar. Dengan keputusan
tentang pelaksanaan Hari Raya Nyepi ( tahun Baru Saka) secara serempak, Busana
Sulinggih (pendeta )serta pemakaian buku pelajaran agama terbitan Parisada. Dan
pada tahun yang sama di Denpasar juga dilaksanakan Pasamuan Agung III dan IV.
5.
Pada tanggal 21 Oktober 1961 dilaksanakan Pesamuan
Agung V bertempat di SMP Dwijendra Denpasar. Hasil dari Pesamuan Agung V adalah
rencana melaksanakan Karya Agung Eka Dasa Rudra yang akan
dilaksanakan tahun 1963.
6.
Akhirnya pada tanggal 17 - 23 Nopember 1961 Pesamuan Agung
diselenggarakan di Campuahan Ubud Kabuapten Gianyar tepatnya di Pura Gunung
Lebah. Yang dibahas dalam Pesamuan Agung di Campuahan Ubud adalah tentang
pengasraman para Pendeta/Sulinggih yang disebut Dharma Asrama. Dan hasil yang
terpenting dari Pesamuan Agung Campuan Ubud adalah Piagam Campuhan Ubud yang
berisi tentang keputusan penting bagi perkembangan agama Hindu selanjutnya.
Isi Piagam Campuan Ubud
Adapun isi
Piagam Campuan Ubud, adalah sebagai berikut:
1.
Mengenai Dharma Agama yang terdiri dari
10 butir meliputi tentang :
a.
Pengakuan Weda Sruti sebagai inti ajaranAgama Hindu
b.
Dharma Sastra Smerti sebagai ajaran Susila.
c.
Tentang pendirian Perguruan Tinggi Agama,
d.
Pendirian Padmasana atau Sanggar Agung pada setiap
Kahyangan Tiga sebagai Stana Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
e.
Tentang
dasar Pengalantaka,
f.
Tentang
pelaksanaan Pitra Yadnya,
g.
Tentang
Metatah,
h.
Tentang
Cuntaka, dll.
2.
Mengenai Dharma Negara yang terdiri
dari 7 butir meliputi tentang:
a.
kemerdekaan,
b.
percobaan
senjata nuklir,
c.
menjungjung
tinggi Pancasila,
d.
memperjuangkan agama Hindu agar menjadi bagian dari
Departemen Agama,
e.
memupuk
semangat gotong royong , dan
f.
membenarkan petugas dengan pakaian dinas masuk dan
melakukan persembahyangan di pura-pura.
Sebagai
wujud isi Piagam Campuan Ubud yang khusus mengenai Dharma Agama
diwujudkan dengan:
a.
Pendirian Perguruan Tinggi Agama, maka tanggal 3 Oktober
1963 didirikanlah Mahawidya Bhawana Institut Hindu Darma ( IHD ) dan
sekarang telah menjadi Universitas Hindu Indonesia ( UNHI ),
b.
Disetiap Provinsi dan Kabupaten seluruh wilayah Indonesia
berdiri Parisada.
c.
Dengan telah terbentuknya Parisadha di seluruh Indonesia,
maka untuk menyamakan maksud dan tujuan diadakanlah Mahasabha, seperti:
1.
Mahasabha I dilaksanakan tanggal 7 –10 Otober
1964 dihadiri oleh utusan Parisadha seluruh Indonesia. Hasil keputusannya
adalah menyempurnakan Lembaga Hindu Parisadha Hindu Dharma Bali menjadi
Parisadha Hindu Dharma,
2.
Mahasabha II dilaksanakan di Denpasar dari
tanggal 2-5 Desember 1968.
3.
Pesamuan Agung dilaksanakan di Yogyakarta dari
tanggal 21 - 24 Februari 1971. Hasil Pesamuan Agung di Yogyakarta menghasilkan
rumusan dibidang Dharma Agama dan Dharma Negara, yaitu berupa pengajuan usul
kepada Pemerintah Pusat agar Perayaan Hari Raya Nyepi menjadi libur Nasional.
4. Mahasabha III diselenggarakan tanggal
27 - 29 Desember 1973 bertempat di Denpasar.
5. Mahasabha
IV diselenggarakan pada tanggal 24 - 27 Desember 1980 di
Denpasar. Hasil
keputusannya yakni tentang tempat suci dan kepanditaan.
6. Diakuinya Hari Raya
Nyepi sebagai Hari Libur Nasional oleh Pemerintah Pusat berdasarkan Keputusan Pemerintah Nomor 3
Tahun 1983 setelah 12 tahun dari pengajuannya ( diajukan tahun 1971)
7.
Mahasabha V dilaksanakan dari tanggal 24 - 27
Februari 1986, memutuskan tentang:
a.
Ajaran
agama
b.
Pesantian
Hindu atau Widyalaya
c.
Perubahan
nama dari Parisadha Hindu Dharma Bali menjadi Parisadha Hindu Dharma Indonesia.
8. Mahasabha VI diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 9-14
September 1991. Hasil keputusannya, seperti:
a.
Pemilihan
tempat kerja Pengurus yaitu pengurus PHDI yang melaksanakan Dharma Negara
berkedudukan di Jakarta,
b.
Kedudukan
tempat kerja pengurus yaitu pengurus PHDI yang melaksanakan Dharma Negara
berkedudukan di Bali.
9. Pada Mahasabha VII dan
Mahasabha VIII terjadi perubahan struktur kepengurusan PHDI.
Fungsi dan
Peran Parisadha
Parisadha
memberikan pemahaman ajaran agama Hindu kepada Umat. Parisadha adalah lembaga
tertinggi Umat Hindu yang berfungsi:
a. Menata kehidupan beragama
Hindu,
b.
merumuskan ajaran dan mengembangkan kehidupan beragama
Hindu sehingga terus dapat berkembang sejalan dengan perkembangan jaman,
c.
memberikan pemahaman ajaran Agama Hindu kepada Umat Hindu
melalui ceramah dan Dharma Tula.
Hasil kerja Parisadha
Dalam
perjalanan perkembangan kehidupan beragama Hindu terus mengalami perubahan
sesuai perkembangan kehidupan dalam masyarakat. Dalam menghadapi
perubahan-perubahan dipandang perlu mengkaji ulang sastra-sastra Hindu yang ada
untuk dapat disesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat. Pengkajiannya
dilakukan dalam bentuk seminar yang diberi nama Seminar Kesatuan Terhadap
Aspek-Aspek Agama Hindu. Selain itu hasil kerja Parisadha yang lain adalah
diadakannya pesamuan Sulinggih untuk menyamakan kewajiban, persepsi menyangkut
Padewasan dan kewajiban serta kewenangan Sulinggih.
Hasil-hasil
Pembangunan yang bernuansa agama Hindu setelah Kemerdekaan Indonesia
Untuk mengenal
hasil-hasil pembangnunan yang bernuansa Hindu kita akan pilah-pilah menjadi
beberapa bidang diantaranya:
A. Bidang Pendidikan: bidang pendidikan formal dan pendidikan non formal.
a.1 Bidang Pendidikan Formal seperti:
1.
Tahun 1959 Yayasan Dwijendra Denpasar
mendirikan Pendidikan Guru Atas Hindu Bali (PGAH Bali)
2.
Tahun 1968 PGAH Bali dinegerikan
menjadi Pendidikan Guru Agama Hindu
(PGAH) Negeri Denpasar. Kemudian diikuti dengan pendirian PGAH di: Singaraja,
Tabanan, Jembrana, Mataram Lombok, Klaten Jawa Tengah, Blitar Jawa Timur.
3.
Tahun 1963 didirikan Perguruan Tinggi Maha Widya
Bhawana Institut Hindu Dharma Denpasar ( IHD ) yang sekarang bernama
Universitas Hindu Indonesia ( UNHI )
4.
Menyusul lagi pendirian Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH)
di beberapa daerah di Indonesia baik negeri maupun swasta dan juga didirikan
IHD di Bangli dan Denpasar
a.2 Bidang Pendidikan Non Formal
seperti:
1. Mengadakan Pangasraman
Kilat di sekolah setiap libur akhir tahun ajaran bagi siswa SD, SMP, SMA untuk
memberikan pendalaman Agama,
2. Pemerintah Daerah Bali
atas Keputusan Gubernur mewajibkan setiap Desa Pakraman mengadakan Pangasraman
untuk mendalami ajaran Agama seperti praktek membuat sarana upacara, budi
pakerti, Dharmagita, dan Yoga Asana,
3. Bagi Umat Hindu di Bali
mengadakan sekolah minggu bertempat di Pura untuk memperdalam ajaran agama
Hindu
4.
Pemerintah terus menerus mengadakan perbaikan Kurikulum
dan memberikan penataran-penataran kepada Guru-guru Agama Hindu
5.
Pemerintah melalui Kantor Wilayah Agama Provinsi Bali
memberikan penyuluhan kemasyarakat oleh tenaga Penyuluh di masing-masing
Kabupaten.
B. Bidang Pembangunan Tempat Suci
Dengan semakin
tersebarnya keberadaan umat Hindu di Indonesia, pembangunan tempat suci yang
bersifat umum seperti Pura Jagatnatha banyak didirikan di daerah-daerah yang
penduduknya masih mempertahankan Agama hindu. Terutama di luar Bali
seperti:
a.
Pura Mandara Giri Semeru Agung di Lumajang Jawa Timur,
b.
Pura Payogan Agung Kutai di Kalimantan Timur di tempat
bekas Kerajaan Hindu Pertama ( Kutai)
c.
Pura Jagatkarta atau lebih dikenal dengan nama Pura
Gunung Salak di Bogor Jawa Barat,
d.
Pura Blambangan di Jawa Timur, Pura Alas Purwa di
Banyuwangi,
e.
Pura Pancaka di Mataram Lombok Barat.
f.
Candi-candi peninggalan agama Hindu yang dulunya tidak
terurus sekarang mendapat perhatian dan dimanfaatkan sebagai tempat
persembahyangan, seperti: Candi Ceto, Candi Prambanan, Candi Kidal, Candi
Tikus, Candi Panataran, dll.
C. Bidang Kesusastraan
Hasil
pembangunan yang bernuansakan Hindu pada bidang Kesusastraan, seperti:
a.
Diterbitkannya buku pedoman hidup beragama dengan judul Dharma
Prawerti Sastra dan Upadesa,
b.
Selanjutnya banyak generasi muda Hindu mulai menulis
buku-buku yang bernafaskan ajaran agama Hindu baik yang bersifat umum maupun
ilmiah.
c.
Munculnya penerbit-penerbit yang menerbitkan hasil karya
tulisan agama Hindu seperti: Penerbit Dharma Bakti di Denpasar, Penerbit
Upada Sastra di Denpasar, Penerbit Pustaka Manik Geni di Denpasar, Penerbit
Paramita di Surabaya,
d.
Mulai banyak dialihaksarakan naskah-naskah lontar yang
mengandung ajaran agama Hindu sehingga mudah dibaca dan dipahami oleh Umat Hindu,
e.
Diterjemahkannya kitab-kitab Parwa seperti Adi Parwa,
Sabha Parwa ( Asta Dasa Parwa), Kekawin, Kidung untuk memudahkan generasi berikutnya
mempelajari atau mempedomani ajarannya yang bersumber dari Itihasa, Tantri, dll
f.
Mulai diterbitkannya Majalah, Tabloid maupun karya tulis
lainnya yang bertujuan memberikan pemahaman kepada umat Hindu.
D. Hasil Bidang
Seni Budaya
Mengenai seni
budaya yang mendukung kegiatan keagamaan seperti seni lukis, seni tabuh, seni
pahat, dan seni suara sangatlah mengairahkan generasi muda kita untuk
mempelajarinya. Dibidang seni suara dikenal istilah Dharmagita. Secara
rutin umat Hindu mempelajari Dharmagita untuk menyiapkan diri mengikuti
perlombaan yang diadakan setiap tahun yang disebut Utsawa Dharma Gita.
Dalam Utsawa
Dharmagita yang dilombakan, seperti:
a. Pembacaan Sloka,
b. Pembacaan Kekawin,
c. Kidung,
d. Macepat/Sekar Alit,
e. Palawakya.
E. Hasil pada bidang Organisasi
Di bidang
Organisasi, banyak kita lihat organisasi yang bernuansakan Hindu, seperti:
a. Forum Pemuda Hindu,
b. Prajaniti,
c. Hindu Center
d. Forum Cendikian Hindu Indonesia,
e. Himpunan Mahasiswa Hindu,
f.
Peradah,
g. Yayasan-yayasan Hindu
yang mendukung keberadaan Agama Hindu di Indonesia.
RINGKASAN MATERI
NITYA KARMA
DAN
NAIMITIKA KARMA
Yadnya
berasal dari Bahasa Sanskerta dari urat kata Yaj yang artinya
memuja, mempersembahkan atau memberi pengorabanan. Sehingga Yadnya berarti
korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamerih.
Sumber sastra
Hindu yang menyebutkan tentang Yadnya adalah Kitab Bhagavadgita Bab
II Sloka 10, yang berbunyi sebagai berikut:
Saha-yajnah
prajah srstva purovaca prajapatih
Anena
prasavisyadhvam esa vo ‘stv ista-kama-dhuk.
Artinya:
Pada masa yang lalu, Prajapati. Dewa dari para
makhluk-makhluk menciptakan manusia dengan suatu etikad yang penuh dengan
pengorbanan dan berkatalah Dewa ini “ Dengan pengorbanan ini engkau akan
sejahtera, Dan pengorbanan ini adalah ibarat Kamadhuk (sapi kemakmuran) yang
beranak-pinak yang akan menghasilkan kemauan-kemauanmu.
Dalam beryadnya
diperlukan minimal tiga unsur yang disebut Tri Manggalaning Yadnya, yang
terdiri dari:
a.
Orang yang memimpin Upacara Yadnya seperti; Sulinggih, Pendeta, Pemangku, Sang Wiku.
b.
Orang yang membuat sesajen (tukang banten/Tapini),
c.
Orang yang melaksanakan Yadnya disebut Sang Yajamana
Tujuan Yadnya adalah:
a.
Untuk
menghubungkan diri ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa,
b.
Untuk
mencapai kesucian, membebaskan diri dari segala dosa dan mencapai kesempurnaan
hidup lahir batin,
c.
Sebagai
tanda terima kasih atas segala anugrah yang telah dilimpahkan oleh Tuhan.
Berdasarkan tujuan
pelaksanaan Yadnya dapat dibedakan menjadi lima jenis yang disebut Panca Yadnya,
meliputi:
a. Dewa Yadnya,
b. Pitra Yadnya,
c. Rsi yadnya,
d. Manusa Yadnya,
e. Bhuta Yadnya.
Berdasarkan atas waktu
untuk beryadnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu yadnya dilakukan setiap hari
disebut Nitya Karma dan yadnya yang dilakukan pada hari-hari tertentu
yang disebut Naimitika Karma.
Pengertian Nitya Karma dan
Naimitika Karma
Kata Nitya Karma dan Naimitika Karma
berasal dari Bahasa Sanskerta. Nitya Karma terdiri dari dua kata yaitu
kata Nitya dan kata Karma, kata Nitya adalah tergolong
adjective yang berarti; batin, tetap, abadi, kekal sedangkan kata Karma
tergolong neuter yang artinya perbuatan, pekerjaan. Sehingga Nitya Karma
berarti pelaksanaan yadnya yang dilakukan setiap hari.
Kata Naimitika
Karma terdiri dari dua kata yaitu kata Naimitika dan Karma. Naimitika
artinya; waktu tertentu atau berkala atau periodik, sedangkan kata Karma
berarti perbuatan, pekerjaan. Jadi Naimitika Karma berarti pelaksanaan
yadnya yang dilakukan pada waktu tertentu atau secara berkala/periodik.
Contoh-contoh Pelaksanaan Yadnya
secara Nitya Karma dan Naimitika Karma
a.
Contoh Pelaksanaan Yadnya secara Nitya Karma,
seperti:
Di bidang Dewa Yadnya
seperti:
-
Melaksanakan Yadnya Sesa, yaitu melaksanakan yadnya setiap selesai
memasak nasi. Yadnya sesa atau ngejot ini ditujukan kepada; Ida Sang
Hyang Widhi beserta manifestasinya dipersembahkan pada pelinggih, di atas
tempat tidur. Kepada Sang Hyang Brahma karena telah membantu memasak,
dipersembahkan di tungku/jalikan/kompor. Ditujukan kepada Sang Hyang Pertiwi
dan Bhuta-bhuti dan Penunggun Karang dipersembahkan di halaman sanggah, halaman
rumah dan pintu keluar pekarangan dan tempat-tempat lain.
- Melaksanakan Tri Sandya setiap hari, baik di
Sekolah maupun di Rumah,
b. Di bidang Resi Yadnya,
seperti:
-
Mengormati
guru di sekolah
-
Mentaati
tata tertib sekolah,
-
Tekun
belajar
-
Tidak lalai terhadap tugas yang diberikan oleh guru
c. Pitra Yadnya, misalnya:
-
Menghormati
orangtua
-
Rukun
dengan saudara
d. Manusa Yadnya, seperti:
-
Memelihara dan merawat badan dengan baik,
-
Mengasihi
sesama,
-
Menolong
orang kesusahan
e. Bhuta Yadnya, misalnya:
-
Mememlihara
dan menyayangi hewan peliharaan
-
Merawat
dan menjaga kelestarian tanaman
-
Menjaga
kebersihan lingkungan..
a.
Contoh Pelaksanaan Yadnya secara Naimitika Karma,
a.
Dewa Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika
Karma:
-
Purnama dan Tilem yang dirayakan setiap satu bulan
sekali,
-
Budha Kliwon, Tumpek, Buda Wage, Anggara Kasih
dilaksanakan setiap 35 hari sekali,
-
Hari besar Umat Hindu seperti; Saraswati, Pagerwesi,
Galungan, Kuningan dilaksanakan setiap enam bulan sekali,
-
Hari Raya Siwaratri, Hari Raya Nyepi dilaksanakan setiap
satu tahun sekali,
-
Kajeng Kliwon dilaksanakan setiap 15 hari sekali,
-
Piodalan di pura/sanggah/merajan dapat dilaksanakan
setiap enam bulan atau satu tahun sekali.
b.
Pitra Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika
Karma, seperti:
- Upacara Ngaben,
- Upacara Ngeroras,
- Upacara Ngelungah
b.
Resi Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika
Karma, seperti:
-
pada saat sulinggih, wiku atau pinandita selesai muput
upacara yadnya kita wajib menghaturkan punia kepada beliau
-
menghaturkan
punia pada saat perayaan Siwaratri.
c.
Manusa Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika
Karma, meliputi:
-
otonan,
-
upacara
tutug kambuhan,
-
potong
gigi/metatah/mepandes,
-
pawiwahan,
-
magedong-gedongan
f.
Bhuta Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika
Karma, seperti:
-
melaksanakan upacara Tawur Agung setiap hari Pengrupukan
atau sehari sebelum hari Raya Nyepi,
-
melaksanakan Upacara Panca Wali Krama setiap 10 tahun
sekali di Pura Agung Besakih,
-
melaksanakan Upacara Eka Dasa Rudra setiap 100 tahun sekali di Pura Agung Besakih,
-
melaksanakan
upacara Rsighana, dll
Penerapan Pelaksanaan Yadnya Secara Nitya Karma dan Naimitika Karma
1.
Lakukan Tri Sandya 3 kali sehari,
2.
Lakukan sembahyang di rumah sebelum berangkat ke sekolah,
3.
Lakukan persembahyangan di Padmasana sekolah dengan
tertib dan hikmat,
4.
Bantulah
ibu membuat dan menghaturkan banten saiban setiap hari,
5.
Rajinlah
membersihkan tempat suci; sanggah, padmasana, paibon,
6.
Jagalah
kerukunan dengan saudara,
7.
Hormatilah
orangtua dan turuti nasehatnya
8.
Hormati
gurumu, laksanakan apa yang diajarkan dan yang diperintahkan,
9.
Peliharalah
hewan peliharaanmu yang ada di rumah dengan baik,
10.
Rajinlah
membantu orangtua mejejahitan, metanding, membuat penjor,
11.
Lakukanlah
persembahyangan pada hari-hari suci baik di sekolah maupun di rumah,
12.
Rawatlah
orangtua, nenek, kakek bila beliau sakit atau memerlukan pertolongan.
RINGKASAN MATERI
DASA YAMA BRATA
DAN
DASA NYAMA BRATA
Arti Dasa Yama dan Dasa Nyama Brata
Ajaran Dasa
Yama dan Dasa Nyama adalah ajaran susila Hindu yang dapat menuntun umatnya
untuk berbuat susila agar menjadi orang yang memiliki budi pakerti luhur. Ajaran
Susila sangat erat kaitannya dengan ajaran lain dalam agama Hindu yakni; ajaran
Tattwa dan Upakara. Ajaran Tattwa, Susila dan Upakara dalam agam Hindu disebut Tri
Kerangka Agama Hindu. Ketiga ajaran ini tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya. Ketiga ajaran ini diibaratkan sebagai sebutir telur. Kulit
telur adalah Upacara Hindu, Putih telur adalah ajaran Susila Hindu, sedangkan
Kuning Telur/sarinya adalah ajaran Tattwa. Demikian juga ketiga ajaran ini
diibaratkan seperti tubuh manusia. Tattwa adalah kepala manusia, Susila adalah
badan manusia dan Upacara adalah kaki manusia.
Pengertian Dasa Yama Brata
Kata Dasa
Yama Brata berasal dari Bahasa Sanskerta yang terdiri dari tiga kata yaitu:
Dasa, Yama dan Brata.
Adapun artinya masing-masing adalah:
-
Dasa berarti sepuluh,
-
Yama
berarti
Pengendalian,
-
Brata sama artinya dengan Wrata berarti keinginan atau
kemauan.
Jadi arti dari Dasa
Yama Brata adalah sepuluh pengendalian keinginan untuk mendapatkan
kesempurnaan hidup.
Pengertian Dasa
Nyama Brata
Dasa Nyama
Brata juga berasal dari Bahasa Sanskerta, yang terdiri dari
tiga kata, yaitu:
-
Dasa
berarti
sepuluh,
-
Nyama berarti pengendalian dalam tahap mental,
-
Brata/Wrata berarti keinginan atau
kemauan.
Jadi Dasa Nyama Brata berarti
sepuluh macam pengendalian keinginan dalam tingkat mental untuk mencapai
kesempurnaan hidup.
Bagian-bagian Dasa Yama Brata dan
artinya
Bagian-bagian Dasa
Yama Brata adalah sebagai berikut:
1. Anresangsya artinya tidak
mementingkan diri sendiri,
2.
Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan,
3.
Satya berarti setia dengan ucapan sehingga menyenangkan hidup,
4.
Ahimsa berarti tidak membunuh dan tidak menyakiti atau
menyiksa,
5.
Dama artinya dapat menasehati diri sendiri,
6.
Arjawa artinya jujur mempertahankan kebenaran,
7.
Priti artinya cinta kasih saying terhadap sesama makhluk,
8.
Prasada berarti berpikir dan berhati suci tanpa pamerih,
9. Madurya artinya ramah tamah,
lemah lembut, sopan santun,
10. Madarwa artinya rendah hati.
Bagian-bagian Dasa Nyama Brata dan
artinya
Bagian-bagian dari Dasa Nyama Brata itu
adalah:
1. Dana berarti pemberian
sedekah,
2. Ijya artinya pemujaan terhadap
Ida Sang Hyang Widhi da leluhur,
3. Tapa artinya menggembleng
diri,
4.
Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang
Widhi,
5.
Swadyaya berarti mempelajari dan memahami ajaran-ajaran suci,
6.
Upasthanigraha adalah mengendalikan hawa nafsu
kelamin,
7.
Brata adalah taat akan sumpah,
8. Upawasa adalah berpuasa,
9. Mona berarti membatasi
perkataan,
10. Snana artinya melakukan
penyucian diri sendiri setiap hari dengan jalan membersihkan badan dan
bersembahyang.
Contoh-contoh
Pelaksanaan Dasa Yama Brata
Contoh-contoh
pelaksanaan Dasa Yama Brata agar kita dapat mengikutinya untuk
meningkatkan kesempurnaan hidup.
1.
Anresangsya artinya tidak mementingkan diri
sendiri. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Anresangsya:
-
membatalkan janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan
warga masyarakat,
-
mendahulukan
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
-
Memberi kesempatan kepada penyebrang jalan dengan
memperlambat kecepatan sepeda motor/mobil,
-
Memberikan tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada
orang tua atau orang hamil,
-
Membiasakan antre atau menunggu giliran di SPBU,
Puskesmas, rumah sakit atau kantor.
2. Ksama
artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan. Contoh-contoh pelaksanaa ajaran
Ksama, seperti:
-
memaafkan
kesalahan teman,
-
tidak marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan teman,
-
tetap melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelas,
-
tidak merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri
ada kekurangan,dll.
3. Satya
berarti setia dengan ucapan sehingga menyenangkan hidup. Satya berarti juga
kejujuran atau kebenaran. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Satya, seperti:
-
Mengatakan dengan sebenarnya apa yang dilihat, di dengar.
-
Bertanggung
jawab terhadap yang telah diperbuat,
-
Menepati
janji,
-
Jujur
terhadap kata hati,
-
Melaksanakan
Panca Satya, yaitu:
1.
Satya
Wacana:
setia terhadap ucapan,
2.
Satya Laksana: setia terhadap perbuatan,
3.
Satya Mitra setia terhadap teman, berteman
dalam keadaan senang maupun susah,
4.
Satya Semaya: selalu menepati janji yang
diucapkan, dan
5.
Satya Hredaya: jujur terhadap kata hati
4.
Ahimsa artinya tidak
membunuh, tidak menyiksa atau menyakiti makhluk. Contoh pelaksanaan ajaran
Ahimsa, seperti:
-
Tidak
membunuh binatang sembarangan,
-
Tidak
meracuni hewan,
-
Tidak mengganggu hewan yang sedang tidur,
-
Tidak
memfitnah,
-
Tidak menghina
teman yang memiliki kekurangan.
Agama Hindu
juga membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma tetapi hendaknya dilandasi
cinta kasih dan dharma, seperti:
1. untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan kepada para Dewa dan
manifestasi Ida Sang Hyang Widhi,
2. Pitra Puja yaitu membunuh untuk persembahan
kepada leluhur,
3. Athiti Puja yaitu
membunuh untuk dipersembahkan atau dihaturkan kepada tamu.
4. Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam peperangan/pertempuran.
5.
Dama artinya sabar dan dapat menasehati diri sendiri.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:
-
Menyadari perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang
keliru,
-
Memikirkan
terlebih dahulu akan perkataan yang akan diucapkan,
-
Sebelum
tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi harian
untuk meningkatkan kwalitas diri,
-
Biasakan
tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika rajin
melihat kelemahan diri sendiri,
-
Untuk
menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum
berkata dan berbuat pikirkan secara matang akibatnya.
Orang yang
penyabar tidak mudah tersinggung, orang sabar disayang Tuhan. Orang sabar dapat
menasehati dirinya sendiri.
6.
Arjawa artinya jujur mempertahankan kebenaran bersifat terbuka
dan berterus terang. Sifat terbuka dan berterus terang menghindarkan kita dari
kesalahpahaman. Kesalahpahaman dapat menimbulkan masalah. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:
-
Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benar,
-
Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah,
-
Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaan,
-
Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang.
-
Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa “ Berani
karena benar Takut karena Salah”.
7.
Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama Makhluk
.Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:
-
Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah,
bersama keluarga, begitu juga dengan tetangga sekitar,
-
Memelihara
hewan peliharaan dengan baik,
-
Rajin
merawat dan memupuk tanaman, dll
8.
Prasada artinya bertpikir dan berhati suci tanpa pamerih.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:
-
Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan
menumbuhkan kesucian hati,
-
Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan
mengembangkan pikiran buruk atau berburuk sangka (negatif thinking)
kepada orang lain,
-
Rajin
sembahyang,
-
Jujur
dan setia terhadap setiap tindakan,
-
Berbuat yang iklas tanpa pamerih,
-
Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci.
Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor dan bodoh, karena pikiran yang diliputi
oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang,
dll
9.
Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Madurya, seperti:
-
Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari
sikap judes dan cuek,
-
Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari
sikap kasar, emosional dan mudah tersinggung,
-
Bersikap
sopan santun terhadap siapa saja dan di manapun berada,
-
Selalu
menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan teman
sejawat, orang yang lebih tua, guru ataupun siapa saja,
-
Selalu
berbicara yang sopan kepada lawan bicara,
-
Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai
terhadap orang lain,
-
Tidak memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam,
10. Mardawa
artinya rendah hati tidak sombong. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa,
misalnya:
-
Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan
pertolongan,
-
Menghargai
orang lain,
-
Menghormati
orang lain,
-
Tidak
mementingkan diri sendiri,
-
Peduli
terhadap orang lain,
-
Bersikap
empati terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki keinginan untuk
memberi pertolongan,
-
Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekurangan,
-
Menghindarkan
diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang lain,
-
Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam,
-
Dapat
menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
Contoh-contoh Pelaksanaan Dasa Nyama
Brata
1.
Dana artinya berderma dan beramal tanpa pamerih. Contoh-contoh pelaksanaan
ajaran Dana, seperti:
-
Membiasakan berderma kepada orang yang sedang menderita
mengalami kesusahan dalam hidupnya,
-
Kekayaan berupa harta benda bersifat tidak kekal dan
tidak dibawa mati, maka sisihkanlah sebagian harta kita untuk berderma/beramal,
-
Berikanlah sedekah kepada orang yang membutuhkan,
-
Lakukan sedekah pada waktu yang tepat, misalnya pada
waktu orang kesusahan, pada waktu orang tertimpa bencana,
-
Berikanlah sedekah kepada orang miskin atau orang sakit,
-
Berikanlah sedekah kepada pengemis dengan ikhlas.
Janganlah marah kepada pengemis, jangan mengusirnya dan janganlah mencela.
Pemberian
sedekah atau dana menurut waktu pemberiannya ada 4 tingkatan menurut
Slokantara 17, sebagai berikut:
-
Dana yang diberikan di bulan
Purnama dan bulan Mati (Tilem) menyebabkan 10 kali kebaikan yang diterima,
-
Dana yang diberikan pada bulan
Gerhana membawa phahala (100) seratus kali,
-
Dana yang diberikan pada hari
suci Sraddha menjadi 1000 kali lipat,
-
Sedekah/Dana yang diberikan
diakhir Yuga phahala
kebaikannya akan tidak terbatas.
Pemberian
sedekah atau dana menurut Tingkatannya ada 4 menurut Slokantara
21, sebagai berikut:
-
Pemberian berupa makanan itu mutunya kecil, disebut Kanista
Dana
-
Pemebrian berupa Uang/pakaian mutunya menengah, disebut Madyama Dana
-
Pemberian berupa gadis itulah yang dianggap tinggi,
disebut Utama Dana
-
Pemberian sedekah/dana berupa Ilmu Pengetahuan itu
mengatasi semuanya dan membawakan kebajikan besar, disebut Ananta Dana.
2. Ijya
artinya pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh pelaksanaan
ajaran Ijya, seperti:
-
Rajin
melakukan Tri Sandya setiap hari ( pagi, siang, sore )
-
Rajin
berdoa setiap saat,
-
Rajin melakukan persembahyangan pada hari raya,
-
Rajin melakukan meditasi dan berjapa, dll
3.
Tapa artinya menggembleng diri untuk menimbulkan daya tahan.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Tapa, seperti:
-
Berlatih diri mengendalikan pikiran seperti berusaha
untuk berpikir jernih, berpikir yang baik agar tahan uji terhadap masalah yang
mengganggu pikiran,
-
Berlatih mengendalikan keinginan, misalnya memenuhi
keinginan sesuai kebutuhan, memenuhi keinginan sesuai kemampuan, menghindari
keinginan yang menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri maupun orang lain
agar tahan uji terhadap pengaruh buruk keinginan itu,
-
Berlatih hidup sederhana agar tahan uji terhadap
penderitaan,
-
Berlatih mengendalikan perkataan agar tahan uji untuk
tidak berkata yang menyakitkan misalnya berkata kasar, mengancam, menghardik,
dan mengeluarkan kata-kata ejekan dan hinaan,
-
Berlatih mengendalikan perbuatan, misalnya tidak
melakukan perbuatan curang, mencuri, suka berkelahi, suka memancing keributan,
suka berbuat onar, dll.
4.Dhyana
artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh pelaksanaan
ajaran Dhyana, seperti:
-
Saat belajar di kelas perlu memusatkan pikiran tentang
pelajaran yang sedang diajarkan,
-
Memusatkan pikiran pada saat mengendarai sepeda motor/mobil,
-
Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan melakukan Pranayama,
-
Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan sembahyang,
-
Berlatih melakukan pemusatan pikiran kepada Ida Sang
Hyang Widhi dengan meakukan yoga, tapa dan semadi, dll
5.Swadhyaya artinya
tekun mempelajari dan memahami ajaran suci. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Swadhyaya,
seperti:
-
Tekun belajar jangan cepat putus asa,
-
Berusaha belajar secara mandiri artinya belajar tanpa
diperintah dan belajar menemukan jawaban sendiri,
-
Jangan malu bertanya kepada orang lain tentang suatu
masalah yang tidak dimengerti atau tidak diketahui,
-
Rajin membaca buku kerohanian dan buku-buku lain yang
berguna dalam kehidupan,
-
Mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari,
dll
6.Upasthanigraha
artinya mengendalikan hawa nafsu kelamin. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Upasthanigraha,
misalnya:
-
Menghindari
berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi,
-
Menghindari
berpakaian yang ketat atau seksi bahkan berpakaian yang merangsang,
-
Mengindarkan
diri dari pikiran kosong agar tidak berpeluang menghayal terhadap hal-hal yang
porno,
-
Tidak menonton tayangan televisi yang menyiarkan
film-film Dewasa,
-
Tidak
membuka HP yang berisi film-film porno,
-
Hindari membaca komik atau menonton VCD Porno,
-
Sibukkanlah
diri dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti olahraga, kursus, ekstra
kulikuler, belajar menari, Pramuka,
-
Menghindari
berprilaku genit terhadap lawan jenis, dll
7.
Brata artinya taat akan sumpah. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Brata, seperti:
-
Berjanjilah dari lubuk hati yang paling dalam,
-
Taatilah apa yang menjadi janjimu, seperti; saya ingin
menjadi orang yang berguna, saya ingin menjadi orang yang berbakti kepada orang
tua, saya ingin menjadi orang yang berguna dalam keluarga,
-
Janji dalam hati bukan untuk diingkari tetapi untuk
ditaati, dll
8. Upawasa artinya
berpuasa mengekang nafsu terhadap makanan dan minuman. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Upawasa, misalnya:
-
Hindari memakan makanan yang berlebihan karena nafsu
belaka,
-
Hindarkan diri untuk memakan makanan yang sudah basi atau
kedaluwasa,
-
Hindari makan makanan yang kotor,
-
Hindari memakan makanan yang tidak jelas asal usulnya,
-
Aturlah jadwal makan, misalnya makan teratur yaitu
sarapan pagi, makan siang dan makan sore secara teratus,
-
Mengendalikan nafsu makan, misalnya makanlah secukupnya
sesuai kebutuhan tubuh, jangan makan yang berlebihan,
-
Menghindari
sikap rakus,
-
Mencoba
untuk berpuasa pada hari Raya Nyepi,
Siwaratri atau pada hari Raya Hindu sesuai kemampuan, dll
9. Mona artinya membatasi perkataan.
Mona juga berarti pantang atau tidak berkata-kata dalam kurun waktu
tertentu atau membatasi perkataan. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mona,
seperti:
-
Hindari
berkata kasar,
-
Hindari
perkataan mencaci maki,
-
Hindari
perkataan bohong,
-
Hindari mengeluarkan tata-kata hinaan maupun ejekan,
-
Jangan
mengeluarkan perkataan mengancam,
-
Hindarkan diri untuk tidak berkata yang kotor dan jorok,
-
Belajar melakukan mona brata pada hari Raya Nyepi sesuai
kemampuan, dll
10. Snana
artinya tekun melakukan penyucian diri dengan jalan mandi atau sembahyang. Contoh-contoh pelaksanaan
ajaran Snana, misalnya:
-
Rajin mandi 2 kali sehari yaitu pagi hari sebelum sekolah
dan sore hari,
-
Rajin merawat badan, misalnya: memotong rambut yang
panjang, memotong kuku, menyikat gigi, mencuci pakaian sendiri, mandi dengan
menggunakan air bersih dan memakai sabun,
-
Rajin sembahyang baik di sekolah dengan Tri Sandya dan di
rumah di sore hari melaksanakan Tri Sandya dan Kramaning Sembah,
-
Rajin melakukan Pranayama untuk menyucikan pikiran,
-
Jujur
dalam hidup, dll.
sumber senaya web.id